Tuesday, April 20, 2010

parodi simalakama



"Bung, saya tidak pernah yakin rentang yang jauh antara waras dan gila, mungkin jaraknya dekat-dekat saja, oh tidak...bahkan mungkin saja keduanya ada di dalam satu kendi dengan koefisen jarak nol bung"

"..."

"Halah, ini hanya karena saya dianggap gila oleh kawan-kawan karena mengklaim diri ini sebagai tuhan, padahal tuhan pun tidak pernah menyebut saya gila. Oh tentu, karena tuhannya adalah saya"

"..."

"Apakah ini terlalu blak-blakan? Saya rasa tidak, apresiasi terhadap tuhan bisa dalam bentuk apapun selama saya tidak merusak pandangan spriritual yang lain kan bung, dan saya selalu merasa tenang dengan bagian diri ini bung, seperti di bukit menoreh"

"..."

"tetapi ada saja yang tetap tidak bisa menerimanya bung, kenapa mereka selalu merasa dirugikan padahal saya tidak menggoda atau menghasut mereka? Aneh, jadi siapa yang gila bung"

"..."

"Ya sudahlah, kau tetap membisu bung dan saya akan tetap di panggil gila..."