Monday, October 18, 2010

ketika hal itu menjadi kumaha aink weh II



Pukul 5.45 sore, sehabis minum kopi imajinasi ini langsung nyangkut di otak sebelah kiri, dalam kamar entitas. Pikiran kembali ke awal ketika saya berimajinasi mengenai wujud fisik dari “ki dalang semesta” yang nihil, dan bersambung kepada korelasi antara Tuhan (T) dan Pikiran (P).

Terkadang memang sulit dalam menentukan yang nomor satu, seperti sebuah pertanyaan “mana yang lebih dulu ada, Tuhan atau Manusia?” Ada saja semacem rangsangan untuk merespon pertanyaan macam begini, tentunya dengan bermacam warna, baik ilmiah, spiritualism, atau gabungan keduanya ---jika ada---, yang selalu berakhir dengan unanswered.

Manusia bertanya, manusia menjawab. Individu bertanya sesuai “kadar” dari pengetahuan yang ia dapatkan, begitu pula dengan jawabannya, ditangkap sesuai dengan “kadar” pengetahuan yang telah ia pegang sebelumnya (apprehension), dan begitu pula yang menjawab. “Kadar-kadar” semacam ini yang akhirnya menimbulkan keberagaman dari cara bertanya dan menjawab.

Manusia berpikir, sebagai sikap yang timbul ketika terjadi hubungan relatif antar objek di dalam dunia materiil. Lalu darimana dan/atau bagaimana mekanisme timbulnya T, jika diasumsikan bahwa P lebih mendominasi di dalam objek materiil? Apakah perlu dibentuk asumsi akhir bahwa P=T, dimana keduanya timbul secara elaboratif?

Ah, kumaha ngke weh…