Wednesday, June 22, 2011

cerita lama dari equilibrium


Kami memanggilnya harapan, tidak ada yg tahu pasti mengenai yang namanya kapan, itu misteri, tahu2 dia sudah berumur ratusan tahun, "ucapan itu". Memang manis, harapan selalu disebut2, menggaung disetiap sudut pikiran, tapi tumbang karena tekanan, pada akhirnya ia menjadi depresif yang mutlak, tidak ada satupun yang mampu mencapainya, "ucapan itu".

Sungguh, kami yang membayangkan itu menjadi filantropis, mengaggungkan harapan, mengukur dalam angka, bahkan, sudah pula kami temui akarnya apa, tapi ya, itu adalah akar bukan benihnya dan mengenai si "apa" yang membangun benih itu sehingga menjadi akar nestapa.

Kami hanya bisa sampai akar, dan di dalam akar itu, kami timbulkan si "apa" untuk mencapai akar dari harapan yang sudah dibangun. Kami sangat cinta membangun harapan dan mewujudkannya di dalam mimpi, untuk itu akar menjadi segalanya. Tidak kami pikirkan mengenai si "apa" itu yang menebar benih di atas tanah dan didapatnya proses penyerapan oleh air hujan ke dalam tanah, sungguh laissez-faire laissez-passeur. Dan kami tidak perlu tahu, mengenai itu urusan, si "apa", bukan kami.