Thursday, December 30, 2010

sebuah cerita yang dipaksakan



Tetap duduk dan diam, karena akan banyak hal yang terjadi ketika hal itu dilakukan, jangankan mengendarai komet atau memposisikan tangan sebagai kaki, Tuhan pun akan bertemu dan mengajak bermasturbasi.

Tidak perlu heran dengan kejadian seperti itu, hal itu cukup lazim ketika ada kolaborasi antara indera fisik dan unsur atom yang membawa partikel-partikel tuhan melintas di dalam sel otak.

Di depan mata hanya ada tembok putih, hari itu langit mendung dan sebelumnya terjadi angin kencang, dahinya mengkerut ketika ia melihat keluar jendela dan terdapat sebuah awan berbentuk jamur berwarna emas.

Ia mengambil sebatang rokok dan mencampurnya dengan gas metan yang dihasilkan dari timbunan bangkai pohon.

Dua jam kemudian, tangannya gemetar ketika mencium nafasnya mengeluarkan wangi kembang lima rupa, hidungnya mengeluarkan cairan klorofil, dan lidahnya memanjang 6.5milimeter.
Sebuah cerita yang dipaksakan terjadi setelahnya...

Saturday, December 11, 2010

kabaret



Si pemikir bebas,,akhirnya menjadi diam yang emas..ketika si bebasnya harus dikonversi sebagai produk mulut..Setiap hari pikirannya tidak pernah luput dari peristiwa-peristiwa yang radikal, apa yang ia lihat ia rasakan, rasakan, rasakan, rasakan, rasakan, dan rasakan...entah berapa tahap ia perlu merasakannya, hingga yang dirasakannya itu tampaknya perlu menembus inti bumi. Tidak hanya yang dilihatnya, namun semua yang dilewati oleh panca indra fisik.

Setiap waktu adalah monolog buat dia. Dengan gayanya yang khas, ia duduk di kursi halte, menumpukkan kaki kanan di atas kaki kirinya, telapak tangan kanan menahan dagunya yang malas dan ditopang oleh sikutnya yang berdiri di atas kaki kanan yang ditumpukkan sebelumnya. Tangan kirinya lemas dipangkuan. Dua jari di tangan kanannya menjepit sebatang rokok kretek yang kemudian ia bakar hingga berkepul-kepul asap keluar dari mulutnya...

dan di mulailah kabaret bumi di dalam otaknya....

Bumi melompat, berguling, berdansa, hingga meledak dan tersusun kembali. Apapun terjadi pada bumi di dalam otaknya, tidak peduli batas atau aturan, kini bumi sudah menjadi anarki di dalam otak...

Ah, ia sadar...baru mulai dengan bumi, belum planet yang lain, atau satu galaksi bima sakti dan komponen-kompenen psikisnya, struktur biologisnya, humanoidnya, ketuhanannya, dan itupun baru satu belum dua galaksi bima sakti, itupun baru dua, belum tiga, empat, lima, enam.........

ia diam...

Akhirnya ia terkena radang pikiran dan meninggal di kursi halte, monster semesta telah mengggerogoti pikirannya, namun otaknya tetap jalan menerima rangsangan yang masih bisa dirasakan, melalui kulit...