Thursday, August 5, 2010

ketika hal itu menjadi kumaha aink weh



Foto gagal, seonggok kalimat terpintas di dalam pikiran ini, kenapa tiba-tiba bisa mengucapkan kalimat itu? dan anehnya saya tujukan kepada foto yang saya ciptakan sendiri.

Apakah ini hanya sekedar naluri, ketika terbiasa dengan hal-hal yang terlihat indah? walaupun ada kebingungan apa dan bagaimana yang indah itu?

Coba saya rumuskan sekedarnya dulu. Foto mungkin akan terlihat indah jika hasilnya sesuai dengan konsep yang direncanakan, betulkah itu? Entahlah, tapi bisa saja, bahwa tanpa disadari saya merancang suatu konsep yang ditujukan sebagai tindakan ketika memegang sebuah kamera ... ada nilai bernama "keharusan" yang ikut campur di dalam abstraksi untuk mencapai tujuan yang direncakanan. Apa yang bernama "keharusan" itu? keharusan untuk indah-kah? keharusan untuk sesuai rencana-kah? atau keharusan untuk sesuai rencana agar menjadi indah-kah?

Bingung memang, tapi menyenangkan...ya sudahlah...saya akan meminimlaisir pemikiran-pemikiran seperti ini, karena cukup "anarki" terhadap diri saya sendiri, walalupun "anarki" akan diperlukan dalam menilai objektifitas berpikir ketika adanya karya yang tercipta, karena itu adalah sebuah form of dialectics...

Mereka akan menilai keindahan itu sesuai dengan pengetahuan komprehensif atau bahkan doktrin alakadar yang mereka pahami dan saya tidak peduli.

Biarkan para pelaku fotografi bersenang-senang sendiri dengan foto mereka. Eksplorasi atau bahkan eksploitasi di dalam foto, terhadap diri sendiri maupun orang lain...
kumaha aink jeung kumaha si eta we lah...

Wednesday, August 4, 2010

alam antara



Hari ini pukul dua belas lebih lima puluh lima menit malam hari, dan saat ini pula bahwa cangkir terletak di dalam buffet kayu, kopi di atas tempat penyimpanan beras, sendok di sebelah rice cooker dan di bawah buffet kayu tempat cangkir berada, serta gula di sebelah kiri kulkas.

Semua terkombinasikan oleh tangan yang dikendalikan keinginan dan kebutuhan akannya, sekedar mengisi malam yang kosong serta menghibur diri yang sedang kasmaran oleh sepi. menghibur diri bersama musik Stairway to Heaven yang dibawakan oleh Rodrigo y Gabriela, mengisi kekosongan waktu dan sepinya malam di ruang tamu. Seharusnya malam ini sudah tidur karena itu memang kodratnya sebagai makhluk hidup, tetapi habitat terkadang ingin bersenggama bersama pergeseran multidimensi dan mempengaruhi perilaku serta paradigma ini untuk melawan kodrat.

Siang hari seakan sudah tidak nyaman untuk dihidupi, karena adanya keterikatan antara dirinya dan objek di luar dirinya, terkadang bisa menyenangkan dan bisa membebani. Malam hari melepaskan itu semua, yang mengikat hanya ampas dari siang hari bernama lelah. Tapi tak masalah, setiap hari selalu ada siang dan malam, dan keduanya memiliki fungsinya tersendiri.