Thursday, December 30, 2010

sebuah cerita yang dipaksakan



Tetap duduk dan diam, karena akan banyak hal yang terjadi ketika hal itu dilakukan, jangankan mengendarai komet atau memposisikan tangan sebagai kaki, Tuhan pun akan bertemu dan mengajak bermasturbasi.

Tidak perlu heran dengan kejadian seperti itu, hal itu cukup lazim ketika ada kolaborasi antara indera fisik dan unsur atom yang membawa partikel-partikel tuhan melintas di dalam sel otak.

Di depan mata hanya ada tembok putih, hari itu langit mendung dan sebelumnya terjadi angin kencang, dahinya mengkerut ketika ia melihat keluar jendela dan terdapat sebuah awan berbentuk jamur berwarna emas.

Ia mengambil sebatang rokok dan mencampurnya dengan gas metan yang dihasilkan dari timbunan bangkai pohon.

Dua jam kemudian, tangannya gemetar ketika mencium nafasnya mengeluarkan wangi kembang lima rupa, hidungnya mengeluarkan cairan klorofil, dan lidahnya memanjang 6.5milimeter.
Sebuah cerita yang dipaksakan terjadi setelahnya...

Saturday, December 11, 2010

kabaret



Si pemikir bebas,,akhirnya menjadi diam yang emas..ketika si bebasnya harus dikonversi sebagai produk mulut..Setiap hari pikirannya tidak pernah luput dari peristiwa-peristiwa yang radikal, apa yang ia lihat ia rasakan, rasakan, rasakan, rasakan, rasakan, dan rasakan...entah berapa tahap ia perlu merasakannya, hingga yang dirasakannya itu tampaknya perlu menembus inti bumi. Tidak hanya yang dilihatnya, namun semua yang dilewati oleh panca indra fisik.

Setiap waktu adalah monolog buat dia. Dengan gayanya yang khas, ia duduk di kursi halte, menumpukkan kaki kanan di atas kaki kirinya, telapak tangan kanan menahan dagunya yang malas dan ditopang oleh sikutnya yang berdiri di atas kaki kanan yang ditumpukkan sebelumnya. Tangan kirinya lemas dipangkuan. Dua jari di tangan kanannya menjepit sebatang rokok kretek yang kemudian ia bakar hingga berkepul-kepul asap keluar dari mulutnya...

dan di mulailah kabaret bumi di dalam otaknya....

Bumi melompat, berguling, berdansa, hingga meledak dan tersusun kembali. Apapun terjadi pada bumi di dalam otaknya, tidak peduli batas atau aturan, kini bumi sudah menjadi anarki di dalam otak...

Ah, ia sadar...baru mulai dengan bumi, belum planet yang lain, atau satu galaksi bima sakti dan komponen-kompenen psikisnya, struktur biologisnya, humanoidnya, ketuhanannya, dan itupun baru satu belum dua galaksi bima sakti, itupun baru dua, belum tiga, empat, lima, enam.........

ia diam...

Akhirnya ia terkena radang pikiran dan meninggal di kursi halte, monster semesta telah mengggerogoti pikirannya, namun otaknya tetap jalan menerima rangsangan yang masih bisa dirasakan, melalui kulit...

Tuesday, November 16, 2010

semacem keasikan ketika berada di dalam sebagai



Akhirnya, ya, akhirnya setelah negosiasi yang cukup panjang,akhirnya saya dilahirkan sebagai manusia. Negosiasi ini mungkin memakan waktu yang cukup lama, saya tidak menghitungnya secara akurat karena kesibukan bernegosiasi itu sebelumnya, mungkin sudah sekitar 1.47 abad, entah darimana angka itu berasal, namun muncul secara tiba-tiba, seakan ada sesuatu yang memberi tahu bahwa negosiasi terjadi sepanjang angka itu. Di tempat yang tidak bernama, waktu berada di garis 00:00:00 yang merupakan transisi antara garis 23:59:59 menuju 00:00:01 di alam semesta. 00:00:00 adalah waktu tanpa hari, di saat itulah semua negosiasi terjadi selama kurang dari 1 detik dari waktu alam semesta...

Di dunia, saya dapet ingatan dan langsung diingatkan oleh si yang lain untuk memilih Batu.
"pilihlah!" ucap si yang lain "itu akan menjadi keyakinanmu selama kamu berjalan sebagai manusia"
lanjutnya, "setiap Batu merupakan pemimpin dari organisasi-organisasi yang bernama kumbang"
si yang lain menyodorkan daftar kumbang beserta Batunya, hmmm, saya berpikir dan menimbang-nimbang

"mana yang asik??" tanya saya
"tidak ada" ucap yang lain
"What??!!!, lalu buat apa saya harus milih??"
"karena kamu bertanya 'mana yang asik?' tentu saja saya akan menjawab tidak ada"
"Nahaaaa??!!!katanya saya harus milih,tentu saya punya preferensi sendiri lah!!!"
"tentu saja, karena yang asik itu adalah akibat dari preferensimu yang subjektif"
"jadi, aink kudu kumaha yeuh??!!!"
"ya sudah, kamu tidak perlu memilih yang ada di dalam daftar ini, buat saja kumbang dan Batu yang lain, yang menurutmu asik"
"ah euy, jangar deui aink!!! eta kumaha carana??"
"mudah, buat saja, tak perlu label apapun yang penting asik, itu toh maumu"
"oh, siap"

selesai...

Wednesday, October 20, 2010

uh oh



...Uh oh,dialog ini...semacem pembicaraan yang dikontrol, bagaimana tidak? orang itu yang memegang kendali terhadap dialog..ya orang itu, entah siapa tapi pikirannya yang mampu menghipnotis lawannya untuk mengikuti alur pembicaraannya..dia pandai berbicara..oh bukan, dia pandai mengontrol pikirannya...dan membaca pikiran si lawan melalui kalimat-kalimat yang keluar dari mulut lawannya...semacem logika...

Si lawan bergelagapan menghadapi pernyataan-pernyataan yang keluar dari mulut si pengontrol.."ah,shit" begitu ia berpikir di sela-sela dialog itu --semacem-- duolog --mungkin--,bepikir ketika berpikir..atau berpikir di dalam pikiran..berpikir untuk mencari sanggahan dari pembicaraan dan berpikir untuk mencela...ya, dia sudah dikendalikan...

"Terlalu tenang, dia berbicara terlalu tenang, dia hanya tinggal mengeluarkan pernyataan...tidak perlu pertanyaan lagi, paling-paling dia bertanya ketika saya melenceng, ah iya, dan dia tahu saya melenceng, karena saya pun merasakan diri saya melenceng dari konteks akibat tidak mampu menahan rasa gelagapan ketika berpikir..berengsek.."

Tuesday, October 19, 2010

balada kampret




Yak, kembali ke jalur yang salah, mengenai kesibukan saya dengan "teori" T=f(P) yang menyinggung nilai fungsional Tuhan (T) dan Pikiran (P). Masih adanya kesenangan dalam bermain-main dengan hypotheses bahwa munculnya ide Tuhan adalah 'depend on' Pikiran..

lalu apa...??

sebuah "teori" yang masih bisa dipelintir dengan semacem model dinamik, contohnya 'what if..?' atau lain-lainnya.

Apalagi rasa, ya...rasa, ketika mereka semua berbicara mengenai rasa disertai kehendak di dalamnya, rasa penuh dengan harapan dan mimpi, sangat indah, mengawang-ngawang dan penuh daya khayal...mungkin disana seninya rasa, dari khayal bisa menimbulkan imaji-imaji untuk membangun teori secara abstraksi terdahulu...

Rasa dan Logika, Cinta dan Matematika...apalagi???
Aneh memang, kenapa perlu menyebut daerah spiritual terlebih dahulu baru jasmani, seakan memang segala bentuk fisik di dunia nyata ini timbul dari wilayah rasa..dan bagaimana dengan rasa itu sendiri?dari mana munculnya?, bagian yang tidak dapat disentuh...paling banter dirasakan balik...

ah teuing lah,isuk deui weh...

Monday, October 18, 2010

ketika hal itu menjadi kumaha aink weh II



Pukul 5.45 sore, sehabis minum kopi imajinasi ini langsung nyangkut di otak sebelah kiri, dalam kamar entitas. Pikiran kembali ke awal ketika saya berimajinasi mengenai wujud fisik dari “ki dalang semesta” yang nihil, dan bersambung kepada korelasi antara Tuhan (T) dan Pikiran (P).

Terkadang memang sulit dalam menentukan yang nomor satu, seperti sebuah pertanyaan “mana yang lebih dulu ada, Tuhan atau Manusia?” Ada saja semacem rangsangan untuk merespon pertanyaan macam begini, tentunya dengan bermacam warna, baik ilmiah, spiritualism, atau gabungan keduanya ---jika ada---, yang selalu berakhir dengan unanswered.

Manusia bertanya, manusia menjawab. Individu bertanya sesuai “kadar” dari pengetahuan yang ia dapatkan, begitu pula dengan jawabannya, ditangkap sesuai dengan “kadar” pengetahuan yang telah ia pegang sebelumnya (apprehension), dan begitu pula yang menjawab. “Kadar-kadar” semacam ini yang akhirnya menimbulkan keberagaman dari cara bertanya dan menjawab.

Manusia berpikir, sebagai sikap yang timbul ketika terjadi hubungan relatif antar objek di dalam dunia materiil. Lalu darimana dan/atau bagaimana mekanisme timbulnya T, jika diasumsikan bahwa P lebih mendominasi di dalam objek materiil? Apakah perlu dibentuk asumsi akhir bahwa P=T, dimana keduanya timbul secara elaboratif?

Ah, kumaha ngke weh…

Thursday, August 5, 2010

ketika hal itu menjadi kumaha aink weh



Foto gagal, seonggok kalimat terpintas di dalam pikiran ini, kenapa tiba-tiba bisa mengucapkan kalimat itu? dan anehnya saya tujukan kepada foto yang saya ciptakan sendiri.

Apakah ini hanya sekedar naluri, ketika terbiasa dengan hal-hal yang terlihat indah? walaupun ada kebingungan apa dan bagaimana yang indah itu?

Coba saya rumuskan sekedarnya dulu. Foto mungkin akan terlihat indah jika hasilnya sesuai dengan konsep yang direncanakan, betulkah itu? Entahlah, tapi bisa saja, bahwa tanpa disadari saya merancang suatu konsep yang ditujukan sebagai tindakan ketika memegang sebuah kamera ... ada nilai bernama "keharusan" yang ikut campur di dalam abstraksi untuk mencapai tujuan yang direncakanan. Apa yang bernama "keharusan" itu? keharusan untuk indah-kah? keharusan untuk sesuai rencana-kah? atau keharusan untuk sesuai rencana agar menjadi indah-kah?

Bingung memang, tapi menyenangkan...ya sudahlah...saya akan meminimlaisir pemikiran-pemikiran seperti ini, karena cukup "anarki" terhadap diri saya sendiri, walalupun "anarki" akan diperlukan dalam menilai objektifitas berpikir ketika adanya karya yang tercipta, karena itu adalah sebuah form of dialectics...

Mereka akan menilai keindahan itu sesuai dengan pengetahuan komprehensif atau bahkan doktrin alakadar yang mereka pahami dan saya tidak peduli.

Biarkan para pelaku fotografi bersenang-senang sendiri dengan foto mereka. Eksplorasi atau bahkan eksploitasi di dalam foto, terhadap diri sendiri maupun orang lain...
kumaha aink jeung kumaha si eta we lah...

Wednesday, August 4, 2010

alam antara



Hari ini pukul dua belas lebih lima puluh lima menit malam hari, dan saat ini pula bahwa cangkir terletak di dalam buffet kayu, kopi di atas tempat penyimpanan beras, sendok di sebelah rice cooker dan di bawah buffet kayu tempat cangkir berada, serta gula di sebelah kiri kulkas.

Semua terkombinasikan oleh tangan yang dikendalikan keinginan dan kebutuhan akannya, sekedar mengisi malam yang kosong serta menghibur diri yang sedang kasmaran oleh sepi. menghibur diri bersama musik Stairway to Heaven yang dibawakan oleh Rodrigo y Gabriela, mengisi kekosongan waktu dan sepinya malam di ruang tamu. Seharusnya malam ini sudah tidur karena itu memang kodratnya sebagai makhluk hidup, tetapi habitat terkadang ingin bersenggama bersama pergeseran multidimensi dan mempengaruhi perilaku serta paradigma ini untuk melawan kodrat.

Siang hari seakan sudah tidak nyaman untuk dihidupi, karena adanya keterikatan antara dirinya dan objek di luar dirinya, terkadang bisa menyenangkan dan bisa membebani. Malam hari melepaskan itu semua, yang mengikat hanya ampas dari siang hari bernama lelah. Tapi tak masalah, setiap hari selalu ada siang dan malam, dan keduanya memiliki fungsinya tersendiri.

Saturday, July 17, 2010

Saya suka menulis, dan sejujurnya saya tidak pernah tahu apa yang saya tulis. Terkadang semua terjadi tanpa di buat rencana, semua telah dan selalu terekonstruksikan di otak pada waktunya, hal itu hanya berlaku sesaat yang kemudian lari begitu saja.

Tuesday, June 29, 2010

mata kota



Sebuah kota yang melupakan identitas dirinya, melupakan sejarah dan asal mula dirinya. Manusia di dalamnya tak mengenal satu sama lain, semua berjalan tegap menghadap kedepan, namun ada pula yang tertunduk membawa beban di dalam pikiran. Saat itu adalah siang hari pukul 2.15 bersama hiruk pikuk pasar, satu persatu orang saling memandang penuh kesinisan padahal tidak ada kenal tidak punya masalah dan tidak tersedia tabiatnya kepada masalah.

Saat itu lorong penuh dengan pedagang emperan dan pembeli yang saling membutuhkan, transaksi terjadi secara hingar bingar yang seakan membentuk gaung di sekeliling lorong. Sorak sorai dan gelak tawa yang hiperbol -terkadang akibat dari pembenaran tunggal yang terjadi di dalamnya- dari pembentukan rasionalitas berpikir yang kaku.

Mata ini pun tidak terlalu jalang, hanya mata mereka yang jalang memandang mata ini,
padahal mata ini hanya mengikuti pandangan yang direfleksikan langsung dari otak dan naluri. Tidak tahu sebab mengapa mata mereka begitu jalang, liar, dan sinis memandang mata ini. Sensor di dalam otak ini mengatakan adalah sebuah akibat dari imperialisme budaya, yang tampak asing di mata mereka akan dicurigai kemudian ditiru dan dikembangbiakan sebanyak-banyaknya sebagai gaya hidup, oh, tapi terlalu jauh sensor di dalam otak ini berargumen. Masih perlu pendekatan lain, tetapi sebagai sebuah kota yang telah lupa akan jati dirinya, sensor akan membentuknya sebagai hipotesis.

Saturday, June 19, 2010

karu-karuan


Hingga saat ini, tangan saya masih baik dalam memegang apapun terutama benda itu. Benda pesakitan yang nikmatnya tak karuan, mungkin beruntung bagi mereka yang tidak memiliki tangan karena kesulitan dalam mencoba benda ini, namun ukuran kegunaan tangan bukan itu, itu terlalu masokis. Yang absolut adalah ketika tangan memegang ubur-ubur, membentuk keadaan semakin tidak karuan dan mungkin saja akan kehilangan tangan. Apalagi yang membentuk tangan menjadi obsesi yang karuan? banyak, jumlahnya pun tidak karuan. Membentuk tangan dan benda-benda abstrak menjadi kolaborasi yang etnikal adalah sebuah quantum dispositional, tangan hanya sekedarnya saja untuk menjadi abstrak.

Friday, May 14, 2010

cerita terkutuk dari gurun zamboa



Si kalajengking menyeruakan wajahnya, tak kelihatan wajahnya seperti apa, tetapi saya bisa merasakan dia menyeruak. Ekornya menegang tinggi, pertanda petaka akan datang menghampirinya. Seekor burung unta berjalan tak bisa terbang, dia burung yang berjalan, punya perilaku kalau terancam dia masukan kepalanya ke dalam tanah, tetapi tidak ia lakukan hal itu sekarang.

Sekarang ia hanya berjalan, jalannya tegap dan gagah, tetapi ia melamun, tak disangka seekor beruang siberia bersayap lari terpogoh-pogoh dan terjungkal di atas tanah. Burung unta heran dan bertanya apa yang terjadi, beruang siberia bersayap mengatakan ia tidak tahu, kemudian kalajengking yang sedang menegang lewat dan datang menhampiri mereka berdua mengambil ancang-ancang menyerang, lalu burung unta mencoba menahan emosi tak jelas si kalajengking, tak tahu sebab akhirnya si kalajengking yang marah di injak oleh si burung unta.

Akhirnya beruang siberia pun bangun dan kembali lari terpogoh-pogoh, kali ini sambil mengepakan sayap kecilnya. Burung unta kembali berjalan, kali ini dengan langkahnya yang pasti serta pandangan menyeruak.

Thursday, May 13, 2010

ambang-ambang mesopotamia II



Kapan saya bisa berhenti berpikir? Saat tidur? Apakah saya pernah berpikir di dalam tidur? Macam apa pikiran yang ada? Saat mati? Apakah saat matipun saya berhenti berpikir? Ataukah selain filsafat kehidupan adapula filsafat kematian, sehingga perlunya para atma berpikir mencari jalan menuju moksa di dalam dunia absolutnya? Jadi, Apa ini? Ketika kembali saya berpikir, dunia terbentuk secara material dan anti-material? Kutub positif dan kutub negatif? Ah, mulai ngawur ini, oh tidak...saya tidak ngawur, mereka yang bericara ngawur kepada saya adalah mereka yang pintar dan berwawasan sempit, jadi saya berwawasan luas? Oh tentu, tidak, tentu, tidak, ya kurang lebih begitulah, jadi intinya? Ya, wawasan saya luas, lalu pintar? Tentu, karena itu saling bersinggungan dan akan menciptakan titik yang optimum antara kedua kurva, sehingga akan menciptakan output yang optimum berupa kejeniusan.

ambang-ambang mesopotamia



Seberapa banyak saya harus menulis? Tidak ada jawaban pastinya, hanya saja bisa dijawab terserah, atau sampai beberapa organ fisik dan psikis yang memungkinkan saya untuk menciptakan tulisan tidak berfungsi secara maksimal.

Sekarang otak di dalam kepala masih terus ingin mengutarakan sesuatu, hal-hal yang tidak diketahui "the general", atau mungkin sudah diketahui oleh "the general" tetapi tidak ada waktu untuk memikirkannya karena tidak berguna. Hal macam apa itu? Bagaimana saya bisa memikirkan hal macam itu? Dan mengapa orang-orang tidak mau memikirkannya? Ah, ini hanyalah pemikiran saya yang terlalu arogan, saya bisa bersifat sentimental ketika berurusan dengan hal-hal yang umum, oh bukan, saya hanya terkadang bersikap skpetis terhadap opini publik yang bersifat a priori dan dengan seenaknya membuat segalanya sebagai sintesis. Yang saya butuhkan sekarang adalah logika empiris, bukan ilmu supranatural.

Ya, kurang lebih (kurang tepatnya) itu yang saya butuhkan untuk menulis, Kuantitas tulisan dan juga kualitas tulisan, ini adalah formasi yang dibutuhkan untuk selalu me-reform dialektika komprehensif.

Monday, April 26, 2010

ulamakata takuna bakangi



Sembari mendengarkan blues, mari kita mengoceh. Kita akan mengoceh soal kiamat. Kiamat merupakan salah satu kata yang amat sangat sakral. Ketika diucapkan, orang-orang langsung ciut dari kepala hingga ke dubur. Mengapa bisa begitu? Karena...!!!!! mereka membayangkan pintu neraka yang dijaga ketat oleh satu kompi pasukan belalang kupu-kupu, DAN..!!!! ketika pintunya terbuka, apa yang terjadi...???!!!! mereka akan melihat setumpuk bangkai kalajengking tengah bersanggama dengan segenggam kuman dan bakteri penghisap darah..!!!! Ketika masuk, tuhan mulai menyertai dengan alunan lonceng perunggu berkarat bersuara menyeruak selengking blatak para Banshee. Ketika semuanya diam, tuhan mulai membacakan ayat suci dari kitab parodi simalakama, bacotan demi bacotan keluar hingga mulut tuhan berbusa. Tak disangka-sangka seseorang muntah mendengarnya, dan ia langsung digiring ke kolam nanah agar muntahnya semakin banyak dan ia akan mati karena muntah setiap detik, kemudian ia akan dihidupkan kembali untuk tubuhnya akan di setrika dan di masukan ke dalam lemari. Apa lagi..???!!! o iya, seorang penunggang kuda pink berjubah tai datang, semua tertawa, dan ia pergi karena kesal ditertawakan...The End...

Friday, April 23, 2010

berdiri tanpa kepala



Mati bisa,,tapi enggan...karena tidak tahu bakal seperti apa nanti jadinya...jadi biarkan saya hidup untuk sebentar saja...kebetulan batang otak masih tersisa...memang tidak bisa melihat, mendengar, berbicara, bernafas...tapi tak apa,,setidaknya beberapa sentuhan fisik masih berjalan...entah sampai berapa lama...

Thursday, April 22, 2010

syair nelangsa dari halimun gagap



Segelap malam menyeruak termangap-mangap sampai lidah menjulur keluar panjangnya dan masuklah serangga ke dalam kerongkongan dan mengobrak-abrik isi di dalam lehernya itu. Bola matanya tersenyum lebar menampilkan urat-urat berwarna merah yang bocor, hingga akhirnya bola matanya loncat keluar dari kediamannya dan tersisa hanya juntaian urat-urat lembek dan gemulai berwarna hitam. Hidungnya mengeluarkan sperma pink hingga lepaslah hidung itu dari tempatnya. Telinganya menari-nari kegirangan mendengarkan suara gemuruh para pasukan belalang kupu-kupu yang konvoi di sekelilingnya.

Lalu apa bung...????

Tuesday, April 20, 2010

parodi simalakama



"Bung, saya tidak pernah yakin rentang yang jauh antara waras dan gila, mungkin jaraknya dekat-dekat saja, oh tidak...bahkan mungkin saja keduanya ada di dalam satu kendi dengan koefisen jarak nol bung"

"..."

"Halah, ini hanya karena saya dianggap gila oleh kawan-kawan karena mengklaim diri ini sebagai tuhan, padahal tuhan pun tidak pernah menyebut saya gila. Oh tentu, karena tuhannya adalah saya"

"..."

"Apakah ini terlalu blak-blakan? Saya rasa tidak, apresiasi terhadap tuhan bisa dalam bentuk apapun selama saya tidak merusak pandangan spriritual yang lain kan bung, dan saya selalu merasa tenang dengan bagian diri ini bung, seperti di bukit menoreh"

"..."

"tetapi ada saja yang tetap tidak bisa menerimanya bung, kenapa mereka selalu merasa dirugikan padahal saya tidak menggoda atau menghasut mereka? Aneh, jadi siapa yang gila bung"

"..."

"Ya sudahlah, kau tetap membisu bung dan saya akan tetap di panggil gila..."

een prima causa van de evolutie



Saya tidak tahu sejarah manusia seperti apa mutlaknya, dan saya hanya mengimajinasikannya sebatas teori evolusi yang dibuat oleh bung Darwin. Berdasarkan informasi dari Tuhan, kurang lebih evolusi terakhir manusia berwajah pantat dan berkepala selangkangan. Tetapi saya tidak peduli, karena itu tidak mungkin. Kini saya memvisualisasikannya terhadap diri saya sebuah evolusi yang kini sedang berjalan...

Tuesday, March 23, 2010

pedoman ekses pembicaraan tanpa ujung tanduk




Saya tidak tahu harus memberi judul apa pada tulisan pertama ini. Ini hanya sebuah tulisan yang saya buat tanpa saya rencanakan isinya. Saya akan berbicara ngalor-ngidul sambil minum kopi dan tidak akan menghiraukan apakah kalian mengerti atau tidak, hey para konsumen.

Saya akan berbicara sesuka hati saya dan selama saya berbicara sesuka hati saya, saya akan mengajak diri saya sendiri untuk berluntang lantung di atas bukit menoreh. Untuk itu bagi mereka manusia yang tidak suka tidak apa, saya lebih suka untuk tidak menghasut dan memaksakan kehendak mereka untuk tidak suka apalagi berekstrimisme secara blah bleh bloh.

Untuk itu, dengan banyaknya blah bleh bloh, semua hal akan tersampaikan dengan maksud yang sempit dan luapan emosi sehingga logika dikesampingkan, kemudian otot akan masuk sebagai logika aweu-aweu.

Saya pun tidak mengerti apa yang saya perbincangkan disini, untuk itu, tidak salahnya ketika saya menulis kopi di pagi hari sangatlah penting untuk masuk sebagai kategori penenang pikiran, agar tulisan di blog ini tidak berakhir dengan kebosanan absolut.