Friday, May 14, 2010

cerita terkutuk dari gurun zamboa



Si kalajengking menyeruakan wajahnya, tak kelihatan wajahnya seperti apa, tetapi saya bisa merasakan dia menyeruak. Ekornya menegang tinggi, pertanda petaka akan datang menghampirinya. Seekor burung unta berjalan tak bisa terbang, dia burung yang berjalan, punya perilaku kalau terancam dia masukan kepalanya ke dalam tanah, tetapi tidak ia lakukan hal itu sekarang.

Sekarang ia hanya berjalan, jalannya tegap dan gagah, tetapi ia melamun, tak disangka seekor beruang siberia bersayap lari terpogoh-pogoh dan terjungkal di atas tanah. Burung unta heran dan bertanya apa yang terjadi, beruang siberia bersayap mengatakan ia tidak tahu, kemudian kalajengking yang sedang menegang lewat dan datang menhampiri mereka berdua mengambil ancang-ancang menyerang, lalu burung unta mencoba menahan emosi tak jelas si kalajengking, tak tahu sebab akhirnya si kalajengking yang marah di injak oleh si burung unta.

Akhirnya beruang siberia pun bangun dan kembali lari terpogoh-pogoh, kali ini sambil mengepakan sayap kecilnya. Burung unta kembali berjalan, kali ini dengan langkahnya yang pasti serta pandangan menyeruak.

Thursday, May 13, 2010

ambang-ambang mesopotamia II



Kapan saya bisa berhenti berpikir? Saat tidur? Apakah saya pernah berpikir di dalam tidur? Macam apa pikiran yang ada? Saat mati? Apakah saat matipun saya berhenti berpikir? Ataukah selain filsafat kehidupan adapula filsafat kematian, sehingga perlunya para atma berpikir mencari jalan menuju moksa di dalam dunia absolutnya? Jadi, Apa ini? Ketika kembali saya berpikir, dunia terbentuk secara material dan anti-material? Kutub positif dan kutub negatif? Ah, mulai ngawur ini, oh tidak...saya tidak ngawur, mereka yang bericara ngawur kepada saya adalah mereka yang pintar dan berwawasan sempit, jadi saya berwawasan luas? Oh tentu, tidak, tentu, tidak, ya kurang lebih begitulah, jadi intinya? Ya, wawasan saya luas, lalu pintar? Tentu, karena itu saling bersinggungan dan akan menciptakan titik yang optimum antara kedua kurva, sehingga akan menciptakan output yang optimum berupa kejeniusan.

ambang-ambang mesopotamia



Seberapa banyak saya harus menulis? Tidak ada jawaban pastinya, hanya saja bisa dijawab terserah, atau sampai beberapa organ fisik dan psikis yang memungkinkan saya untuk menciptakan tulisan tidak berfungsi secara maksimal.

Sekarang otak di dalam kepala masih terus ingin mengutarakan sesuatu, hal-hal yang tidak diketahui "the general", atau mungkin sudah diketahui oleh "the general" tetapi tidak ada waktu untuk memikirkannya karena tidak berguna. Hal macam apa itu? Bagaimana saya bisa memikirkan hal macam itu? Dan mengapa orang-orang tidak mau memikirkannya? Ah, ini hanyalah pemikiran saya yang terlalu arogan, saya bisa bersifat sentimental ketika berurusan dengan hal-hal yang umum, oh bukan, saya hanya terkadang bersikap skpetis terhadap opini publik yang bersifat a priori dan dengan seenaknya membuat segalanya sebagai sintesis. Yang saya butuhkan sekarang adalah logika empiris, bukan ilmu supranatural.

Ya, kurang lebih (kurang tepatnya) itu yang saya butuhkan untuk menulis, Kuantitas tulisan dan juga kualitas tulisan, ini adalah formasi yang dibutuhkan untuk selalu me-reform dialektika komprehensif.