Thursday, February 3, 2011

minor



Langit telah disabotase, senja berwarna hitam, hari itu ditutup oleh nyanyian Gloomy Sunday dari Rezső Seress, bersamaan dalam waktu 5 menit menuju pukul 6, sudah 10 orang telah meninggalkan raganya, saya melihat keluar jendela, orbs bertebangan seperti bunga kapas, tertiup angin, sangat perlahan, dan tak beraturan. Hawa bernyanyi bersama angin, para daun dalam famili pohon bergesek satu persatu menjadi irama dan lirik. 

Raga mereka tertinggal di depan komputer, playlist musik masih berjalan, kini sudah tidak seseragam tadi, namun nada minor masih mendominasi. Jeritan histeris terdengar dari rumah sebelah, menangisi raga tak bernyawa, histeria bersontak di atas ubun-ubun, jeritan bersahutan saling membalas, tak kunjung pula mereka bangun. Kini para orbs, tidak terburu-buru untuk pergi, ketika histeria semakin membabi buta, mereka diam, perlahan kembali menuju raganya, hanya mampir, hanya melihat, dan menangis.

Esok hari, langit telah disabotase, fajar berwarna hitam, tangisan mereda, tak histeris, hanya volumenya mengecil, mata itu menjadi lebam, pipi itu menjadi kusam, mereka dihabisi oleh jeritan dan air mata. Pagi itu, bersamaan dalam waktu 5 menit menuju pukul 6, 10 orang berbaju hitam telah meninggalkan raganya, Gloomy Sunday dari Rezső Seress kembali berkumandang, benderanya telah terangkat, hormatlah mereka pada kematian.